Rabu, 20 Februari 2013

manajemen dokumentasi #2



PENGELOLAAN ARSIP ELEKTRONIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Manajemen Dokumentasi pada BKK Pendidikan Pendidikan Administrasi Perkantoran Program Studi Pendidikan Ekonomi
Angkatan 2010 / 2011

Dosen Pengampu
DR. Wiedy Murtini, M.Pd

Disusun Oleh :
Dilla Octavianingrum
K7410051


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011


SISTEM PENATAAAN BERKAS
(FILLING SYSTEM)

Pengertian sistem
Sistem adalah suatu cara yang digunakan untuk mengerjakan dalam proses kegiatan dalam suatu perusahaan atau organisasi.
Pengertian Arsip
            Arsip adalah naskah-naskah dinas yang dibuat dan diterima oleh   semua satuan organisasi dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok             dalam pelaksanaan tugas.
            Menurut T.R. Schellenberg (The Liang Gie, 1979, 217) kearsipan yaitu warkat-warkat dari suatu badan pemerintah atau swasta yang diputuskan sebagai dokumen berharga untuk diawetkan secara tetap guna keperluan mencari keterangan dan penelitian dan disimpan atau telah dipilih untuk disimpan pada suatu badan kearsipan.
         Sistem kearsipan yaitu sustu cara yang digunakan untuk membuat, menyimpan, arsip/warkat dalam suatu perusahaan atau organisasi.
         Pemberkasan adalah satu tugas pekerjaan penting di setiap kantor. Bila rekod yang benar tidak disimpan dan diberkaskan maka mereka dapat diketemukan ketika dibituhkan, kemudian dia melayani fungsi yang tidak berguna. Pemberkasan dapat secara ekstrim tugas yang kompleks dengan system intrik. Sistem pemberkasan dapat langsung dan tidak langsung dan membutuhkan campurtangan indeks untuk pengaksesan.
Dalam kaitan ini, kriteria sistem kearsipan yang baik menurut Wursanto (1991) di antaranya adalah :
  1. mudah dilaksanakan,
  2. mudah dimengerti,
  3. murah/ekonomis,
  4. tidak memakan tempat,
  5. mudah dicapai,
  6. cocok bagi organisasi atau lembaga,
  7. fleksibel atau luwes (sesuai perkembangan),
  8. dapat mencegah kerusakan dan kehilangan arsip, dan
  9.  mempermudah pengawasan kearsipan.

Sistem Penataan berkas (filing system ada beberapa macam, antara lain :
1.      Sistem Subyek/Pokok masalah
Arsip disusun berdasarkan kesamaan, subjek atau pokok permasalahan yang dimuat dalam tiap-tiap warkat
Sistem ini mempunyai diterapkan pada rekod korespondensi (surat dan sejenisnya), kegiatan lain seperti penelitian, rekod kasus dan sebagainya. Dibandingkan dengan sistem lainnya, sistem subyek ini paling sulit. Karena untuk melaksanakannya diperlukan bukan saja ketrampilan di bidang penataan berkas tetapi juag kemampuan menganalisis serta memahami tugas dan fungsi organisasi.
Walaupun berdasarkan sistem subyek pedoman penataannya adalah masalah yang terkandung dalam rekod, namun dalam pengaturan foldernya dapat dgabungkan dengan sistem lainnya, bargantung kepada indeks yang digunakan (abjad, subyek atau angka). Dalam praktek penataan berkas senantiasa akan terjadi penggabungan antara sistem yang satu dengan yang lainnya.

2.      Sistem abjad
Cara penyimpanan arsip yang disusun menurut urut-urutan abjad dari nama orang, badan/perusahaan/organisasi, yang tertera pada warkat.
Sistem ini merupakan sistem atas dasar abjjad, yaitu dengan menggunakan urutan abjad nama orang, organisasi, nama subyek, atau nama lokasi geografi. Pemberkasan atas dasar sistem abjad merupakan sistem yang paling tua dan paling sederhana.
Arsip yang diatur berdasarkan sistem ini antara lain berkaitan dengan rekod kepegawaian, nasabah langganan, pasien dan sejenisnya.
3.      Sistem Nomor/Numeric
Cara penyimpanan arsip berdasarkan urutan-urutan nomor dari warkat yang bersangkutan.
Penyimpanan arsip dengan sistem nomor berarti penyimpanan yang didasarkan atas nomor atau kode yang berupa angka-angka. Pada sistem nomor ini dikenal sistem terminal digit dan sistem klasifikasi desimal. Sistem nomor disebut juga sistem pemberkasan numeric.
Sistem pemberkasan numeric adalah cara penyimpanan dengan menggunakan nomor atau angka sebagai kode dari lokasi/tempat, nama orang atau identitas lainnya.
Sebagai contoh identitas SIM, polisi, asuransi, faktur yang dibuat perusahaan. Kode angka/nomor diambil dari buku nomor (accession book). Kode angka mewakili koresponden (nama badan/individu).
System ini biasanya diterapkan dalam perusahaan asuransi, perbankan, dan sebagainya. System pemberkasan numeric disebut sebagai system pemberkasan tidak langsung (Indirect filing system), karena petugas tidak bisa secara langsung menuju ke file tanpa mengetahui nomor tetapi harus melalui indeks (yang tertuang dalam kartu file). Sesudah mengetahui nomor baru petugas dapat mencari berkas yang dimaksud. Hal mendasar yang menjadi landasan dalam penentuan penggunaan system pemberkasan numeric adalah bahwa kegiatan angka/nomor lebih penting daripada nama. System ini dibedakan mendai 2 yaitu :
  1. Metode penomoran berurut
Adalah cara yang paling sederhana dalam pemberkasan system angka. Biasanya dengan cara merangkai nomor secara berurutan, misalnya 1,2,3,4….. dan seterusnya, yang kemudian pada termin-termin tertentu diberi penyekat.
2.      Metode penomoran tidak berurut
1)   Terminal digit filing
Dalam system ini nomor yang berdigit banyak akan dikelompokkan menjadi dua atau tiga angka tiap kelompok. Misalnya nomor : 293746 maka akan dipecah menjadi 293 – 746 atau 29 – 37 – 46 dan dibaca dari sisi kanan ke kiri :
·angka 46 menunjukkan nomor laci;
· angka 37 menunjukkan nomor guide;
·angka 29 menunjukkan nomor folder.
2)   Midle digit
Metode ini merupakan modifikasi dari teminat digit filing, hanya saha nomor yang berada di tengah merupakan nomor utama. Misalnya 764303 akan ditulis 76-43-03.
·         angka 76 menunjukkan nomor laci(digit utama);
·         angka 43 menunjukkan nomor guide;
·         angka 03 menunjukkan nomor folder
3.      Dupled numeric filling
Dalam sistem ini warkat disimpan menurut sistem gabungan nomor dan tanda kode lainnya. Dalam menyusun warkat-warkat tertentu dengan nomor-nomor urut sebagai pedoman untuk mengaturnya, nomor-nomor itu ditambah dengn kode lainnya. Biasanya berupa misalnya 1, 22A, 2B, 2 B1, 2C. Sitem ini dipakai untuk warkat mengenai suatu pokok soal utama misalnya proses pembangunan gedung yang kemudian berkembang tahap demi tahap (misalnya mulai dari pembuatan dasar bangunan sampai pembuatan tembok dan pemasangan atap). Berdasarkan perkembangan itu, pokok soal utama dilakukan perincian dalam bagian-bagian lebih lanjut dengan gabungan nomor dan tanda kode sampai urusan selesai.
4.      Sistem Kronologis/Tanggal
Cara menyimpan arsip berdasarkan atas pembagian wilayah yang tertera di dalam warkat.
Penyimpanan arsip dengan sistem kronologis adalah penyimpanan yang didasarkan atas tanggal surat atau tanggal penerimaan surat. Untuk surat masuk, penyimpanannya didasarkan atas tanggal penerimaan surat. Tetapi untuk surat keluar, arsipnya disimpan berdasarkan tanggal yang tertera pada surat. Sistem ini dapat dipakai bagi warkat-warkat yang harus memperhatikan sesuatu jangka waktu tertentu, misalnya surat tagihan.

5.      Sistem Wilayah/Geographic
Cara penyimpanan arsip berdasarkan atas pembagian wilayah yang tertera pada asal surat
Adapun sistem penyimpanan arsip dengan sistem wilayah berarti penyimpanan arsip tersebut dikelompokkan berdasarkan atas wilayah-wilayah tertentu, misalnya pulau, propinsi, kota, dan sebagainya. Misalnya, sebuah penerbit majalah yang mempunyai langganan di seluruh Indonesia, dapat meyimpan surat-surat dengan para langganan itu menurut kota-kota tempat tinggal masing-masing orang. Di sini dapat dipakai sistem abjad untuk mengatur urut-urutan nama langganan itu, tapi pengelompokan utamanya adalah menurut pembagian wilayah.

6.      Sistem Gabungan
Penyimpanan arsip berdasarkan penggabungan dari dua atau lebih sistem
Misalnya : sistem subjek sebagai sistem utama dan sistem abjad sebagai sistem penunjangnya)

7.      Sistem Pemberkasan Alfanumerik
Sistem pemberkasan alfanumerik adalah sitem penyimpanan berkas yang didasarkan kombinasi huruf dan angka. Kode huruf menunjukkan suatu informasi tentang isi file. Pengaturan angka dan nama-nama subyek sering digunakan system alfanumerik ini. Subyek mengikuti susunan ensiklopedi yang terkait dengan pengelompokkan Arsip dibawah kelompok utama. Judul subyek ditandai nomor yang menunjukkan kelompok utama dan sub-subnya. Sistem dapat dikombinasikan antara abjad, nomer yang dapat menunjukkan subyek atau lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

http://rachmawati.student.fkip.uns.ac.id/2011/09/17/23/Sistem Filling Posted by Karina Vita R  Published in Materi, 17.41 18 April 2012

Murtini, Wiedy, DR, M.Pd. “Jadwal Retensi dan Penyusutan Arsip”. Handout. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret

Anwar, Syamsul. 1997. Kearsipan untuk SMK. Bandung : Titian Ilmu


Tidak ada komentar: